LIBERNAS.COM,TAKALAR – Meskipun baru-baru ini selesai dikerjakan, pekerjaan jalan Trans Provinsi Makassar – Takalar sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang signifikan. Jalan yang sebelumnya diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi para pengguna jalan kini sudah mulai berlubang. Kerusakan yang terjadi dalam waktu kurang dari enam bulan pasca-pengerjaan ini memicu perbincangan di kalangan masyarakat dan para pengguna jalan.
Kondisi jalan yang cepat rusak tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi warga yang sering melintasi jalan tersebut. Mereka mengungkapkan ketidakpuasan terhadap kualitas jalan yang tidak sesuai dengan ekspektasi, mengingat anggaran yang cukup besar telah digelontorkan untuk pengerjaan proyek ini.
Menanggapi kondisi ini, penggiat aktivis Arsyadleo mengungkapkan kekecewaannya terhadap kualitas pekerjaan jalan tersebut. Menurutnya, kerusakan jalan yang terjadi dalam waktu singkat menunjukkan adanya beberapa masalah mendasar dalam proses konstruksi jalan tersebut. “Kerusakan yang cepat terjadi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang mencakup faktor teknis, lingkungan, hingga manajerial,” ujar Arsyadleo.
Faktor Teknis yang Menyebabkan Kerusakan
Menurut Arsyadleo, faktor pertama yang patut disoroti adalah faktor teknis dalam pembangunan jalan tersebut. Ia menilai bahwa kualitas bahan yang digunakan dalam pembangunan jalan kurang memadai. “Penggunaan bahan aspal yang berkualitas rendah menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan jalan cepat rusak,” jelasnya. Selain itu, ketebalan aspal yang tidak memadai dan pemadatan tanah dasar yang kurang juga berkontribusi pada kerusakan jalan yang cepat terlihat. “Pemadatan tanah dasar yang buruk akan mengakibatkan ketidakstabilan struktur jalan,” lanjut Arsyadleo. Desain jalan yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungan juga bisa menjadi penyebab utama kerusakan.
Faktor Lingkungan yang Memperburuk Kerusakan
Faktor lingkungan turut mempengaruhi kerusakan jalan. Arsyadleo menjelaskan bahwa cuaca ekstrem, seperti hujan lebat dan perubahan suhu mendadak, dapat memperburuk kondisi jalan yang sudah tidak ideal. “Kenaikan air tanah juga bisa menyebabkan kerusakan pada struktur jalan, apalagi jika tanah dasar di lokasi tersebut bersifat lunak atau labil,” ungkapnya. Keadaan ini memperburuk ketahanan jalan, yang seharusnya dapat bertahan lebih lama jika dibangun dengan lebih cermat dan menggunakan bahan yang lebih berkualitas.
Faktor Manajemen dalam Pengerjaan
Selain faktor teknis dan lingkungan, Arsyadleo juga menyoroti masalah manajemen dalam pengerjaan jalan ini. “Kurangnya pengawasan selama proses pembangunan menjadi salah satu faktor utama penyebab kerusakan yang cepat,” kata Arsyadleo. Ia menambahkan bahwa jika ada pengawasan yang lebih ketat, maka potensi kerusakan seperti ini dapat diminimalisir. Selain itu, pemeliharaan jalan yang kurang memadai setelah pembangunan juga berperan besar dalam mempercepat kerusakan. “Pemeliharaan yang tidak tepat dapat membuat jalan yang sudah dibangun rusak lebih cepat,” lanjutnya.
Beban Kendaraan yang Melebihi Kapasitas
Masalah lain yang menjadi sorotan Arsyadleo adalah beban kendaraan yang melebihi kapasitas jalan. “Jika kendaraan yang melintasi jalan melebihi kapasitas yang diizinkan, maka jalan akan cepat rusak,” jelasnya. Beban kendaraan yang berat menyebabkan tekanan berlebih pada struktur jalan yang dapat mengakibatkan aspal retak dan berlubang dalam waktu singkat.
Kerusakan Akibat Pengerjaan dan Kualitas Pekerjaan Konstruksi
Arsyadleo juga menekankan bahwa kerusakan jalan dapat terjadi akibat pengerjaan yang tidak sesuai standar. “Kualitas pekerjaan konstruksi yang kurang memadai dapat menyebabkan jalan tidak tahan lama. Proses pembangunan yang terburu-buru tanpa memperhatikan standar kualitas akan menghasilkan jalan yang cepat rusak,” ungkapnya. Penggunaan jalan yang tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti dilewati kendaraan berat di jalur yang tidak disediakan untuk itu, juga dapat memperburuk kondisi jalan tersebut.
Harapan untuk Perbaikan dan Tanggung Jawab Pemerintah
Sebagai aktivis yang peduli terhadap kualitas infrastruktur publik, Arsyadleo berharap agar pemerintah dan pihak terkait segera melakukan evaluasi terhadap proyek pembangunan jalan ini. Ia menekankan pentingnya perbaikan segera sebelum kerusakan semakin meluas dan membahayakan pengguna jalan. “Pemerintah harus bertanggung jawab atas kualitas pekerjaan ini dan memastikan bahwa proyek-proyek infrastruktur berikutnya mengutamakan kualitas agar tidak mengorbankan keselamatan masyarakat,” ujarnya.
Arsyadleo juga mengingatkan agar pengawasan terhadap proyek-proyek pembangunan infrastruktur lebih ditingkatkan agar masalah serupa tidak terulang. “Masyarakat berhak mendapatkan infrastruktur yang berkualitas dan dapat digunakan dengan aman untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, kualitas pekerjaan harus menjadi prioritas utama dalam setiap proyek,” tandasnya.
Dengan adanya kritik dan sorotan ini, diharapkan pemerintah Kabupaten Takalar dan provinsi dapat segera menanggapi permasalahan ini dan melakukan perbaikan serta pemeliharaan secara berkala untuk memastikan kualitas jalan tetap terjaga demi kenyamanan dan keselamatan masyarakat.
(*)